Jumat, 04 Maret 2016

Ikan Yang Tenggelam – Mario Teguh

Ikan tenggelam, ikan yang tenggelam itu adalah ikan yang berhenti berenang. Ikan yang capek berenang pelan-pelan akan menjadi ikan yang tidak lagi hidup karena dia menolak untuk berlaku sebagaimana di fitrahkan. Kita sebagai manusia di sebut hidup kalau kita berupaya, bukan karena kita manusia bernafas. Bernafas hanya secara fisik kita supaya kita hidup. Tetapi kalau kita berupaya jiwa kita hidup. Sehingga orang yang tidak lagi  di sebut  hidup adalah orang yang berhenti berupaya karena kemudian badannya hidup tetapi mewadahi jiwa yang mati. Jiwa-jiwa ini kalau tidak di cegah dari kekecewaan dari salah mengerti itu akan melukai sekali, karena banyak orang meyakini hal-hal yang benar dengan cara yang salah, sehingga dia menolak berupaya karena dia tidak melihat haknya untuk berbahagia.

Ada kata yang sering terjadi di dalam hidup kita, yaitu kata “Selamat”.  Terkadang kita pernah berdoa seperti takut sekali, terancam sekali tau tau selamat. Terus berdoa lagi karena ketakutan lalu selamat lagi. Waktu berdoa karena takut, setelah selamat terkadang banyak dari kita lupa ucapkan terima kasih kepada Tuhan. Jadi kita itu hanya ingat kalau kita sedang mau tenggelam. Setiap orang yang bisa berdiri gagah hari ini adalah orang yang telah berkali-kali di selamatkan. Kalau terakhir kali kita demikian ketakutan dan sekarang selamat, kenapa takut tenggelam nanti kalau kita tau kita akan di selamatkan lagi. 

Jadi anjurannya: libatkan diri dalam kehidupan gagal gagal lah karena aku akan diselamatkan lagi. Jadi ikan mau masuk mulut ikan yang lebih besar, mau di makan lalu dia pergi,  mau ketemu ikan kecil jahat dia pergi lagi. Ikan-ikan seperti ini tidak pernah menyerah kepada keadaan, sama seperti kita yang tidak menyerah kepada kesulitan. Sesuatu yang sulit itu kan masalah waktu. Jadi kalau begitu jangan lihat menderitanya tetapi bagaimana kalau kita melihat naiknya, kita melihat gembiranya. Setiap kali turun, kita melihat hal itu sebagai sementara dan kalau ada orang yang mengeluh: “Aku sudah sampai di titik nadir”, maka bergembiralah karena tidak bisa lebih turun lagi. Satu-satunya arah bagi orang yang sudah mencapai titik nadir adalah naik dan berbahagia lagi.


Setiap orang mempunyai keinginan, dan setiap keinginan itu terpenuhi kita akan merasa bahagia. Bagaimana jika keinginan itu tidak terpenuhi tapi hati kita tetap berbahagia?

Jika ada orang bertanya kepada kita, pasanglah wajah kita dengan penuh keceriaan. Supaya kalau kita tidak bisa bantu, tidak bisa beri apa-apa, paling tidak itu mulai membahagiakannya. Berarti semua masalah itu jangan di anggap masalah. Masalah menjadi masalah selama kita menganggap hal itu menjadi masalah. Ada orang datang mengeluh masalah kepada anda, katakan: bahwa itu bukan masalah, itu karena pendapat yang salah tentang keadaan ini, tetapi kalau kamu lihat orang-orang yang kaya itu, karena dia gagal lalu menukarkan kegagalannya dalam bentuk pengalaman yang bisa di jual. Orang-orang yang hidupnya lemah, gagal lalu menggunakan biaya dari kegagalan untuk membebani perjalanan masa depannya. Orang-orang yang gagal kemudian jadi kaya karena dia gagal, ambil pengalaman dari kegagalan itu dan di tukar dengan uang sebagai sesuatu yang bisa di jualnya, lalu dia katakan: “Jangan sampai kamu gagal seperti aku, nih beli ini”. 
Contoh: selesman yang rambutnya tinggal sedikit lalu jual obat penumbuh rambut, lalu selesman itu mengatakan kepada calon pembeli: kalau tidak karena obat ini,  rambut saya sudah hilang semuanya.

“Kita disebut hidup kalau kita berupaya, dengan berupaya jiwa kita menjadi hidup dan bisa melihat hak kita untuk berbahagia”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”